BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan
dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan
sebagai suatu wakil realitias yang di sederhanakan. Model perilaku konsumen
dafat didefinisikan sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang di
sederhanakan untuk menggambarkan aktiviras-aktiviras konsumen. Model perilaku konsumen
dapat pula di artikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang
di yakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Adapun yang
mempengaruhi factor-faktor perilaku konsumen yaitu: Kekuatan sosial budaya
terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, klompok anutan (small referebce
grups), dan keluarga. Sedangkan kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman
belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan. Sedangkan tujuan dan fungsi modal
perilaku konsumen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang
telah diketahui mengenai perilaku konsumen. Menganalisis perilaku konsumen akan
lebih mendalam dan berhasil apa bila kita dapat memahami aspek-aspek
pisikologis manusia secara keseluruhan. Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen
berarti keberhasilan dalam menyalami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan
toko dan pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada
konsumen dan diri pribadinya
BAB II
ISI
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam
mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka
anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen
mau mengeluarkan sumber dananya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. CONSUMER BEHAVIOR AND MARKETING ACTION menyatakan bahwa strategi
pemasaran harus berlandaskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku
konsumen.
TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
1).Konsumen Individu Pilihan merek
dipengaruhi oleh ;
Kebutuhan konsumen, Persepsi atas karakteristik merek, dan Sikap
kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi
konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
2).Pengaruh Lingkungan Lingkungan
pembelian konsumen ditunjukkan oleh
Budaya (Norma kemasyarakatan,
pengaruh kedaerahan atau kesukuan. Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi
atas harta milik konsumen), Grup tata
muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan
3. Faktor menentukan yang
situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan
mobil dan kalangan usaha).
Marketing strategy Merupakan
variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan
mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah : Barang, Harga, Periklanan dan Distribusi yang
mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.
Strategi pemasaran kemudian
dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah mengambil
keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan
balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari
pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan
pemilihan merek. Pengalaman konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah
konsumen akan membeli merek yang sama lagi. Panah umpan balik mengarah kembali
kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam
bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan
kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan
dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu
penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen
terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi
ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran
kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tipologi pengambilan keputusan
konsumen : 1. Keluasan pengambilan keputusan ( the extent of decision making)
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju
kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan informasi
dan evaluasi pilihan merek. 2. Dimensi atau proses yang tidak terputus dari
keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi ke yang rendah. Pembelian
berhubungan secara erat dengan kepentingan dan image konsumen itu sendiri.
Beberapa resiko yang dihadapi konsumen adalah resiko keuangan , sosial,
psikologi.. Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana tidak begitu
penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi tidak begitu
besar. keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah umumnya memerlukan proses
keputusan yang terbatas “ a limited process of decision making”. Pengambilan
keputusan vs kebiasaan dan keterlibatan kepentingan yang rendah vs keterlibatan
kepentingan yang tinggi menghasilkan empat tipe proses pembelian konsumen.
EMPAT
TIPE PROSES PEMBELIAN KONSUMEN : 1. Proses
“ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi
pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli
sistem fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil.
Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk men
gevaluasi dan mempertimbangkan piihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria
tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, Konsep
perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan
untuk pengembangan stratergi pemasaran. Proses “ Brand Loyalty “. Ketika
pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek
yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. 2. Proses “
Limited Decision Making “. Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan
walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka
hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen
membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang
biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek
lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek.
Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek
apabila sudah bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan
melakukan apabila resikonya minimal 3. Proses
“ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada
pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan
karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup
dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif
terhadap evaluasi dan pemilihan merek.
BAB III
PENUTUP
Pengambilan keputusan konsumen
menghubungkan konsep perilaku dan strategi pemasaran melalui penjabaran hakekat
pengambilan keputusan konsumen. Kriteria apa yang digunakan oleh konsumen dalam
memilih merek akan memberikan petunjuk dalam manajemen pengembangan strategi.
Ada perbedaan antara pengambilan keputusan dan keputusan dengan keterlibatan
kepentingan yang tinggi dan keputusan dengan keterlibatan kepentingan yang
rendah.
Kondisi keterlibatan konsumen akan suatu produk, apabila produk
tersebut adalah :
1. Penting bagi konsumen karena
image konsumen sendiri, misalnya pembelian mobil sebagai simbol status.
2. Memberikan daya tarik yang terus
menerus kepada konsumen, misal dalam dunia mode ketertarikan konsumen model
pakaian.
3. Mengandung resiko tertentu,
misal resiko keuangan untuk membeli rumah, resiko teknologi untuk pembelian
komputer.
4. Mempunyai ketertarikan
emosional, misal pencinta musik membeli Sistem stereo yang baru. 5. Dikenal
dalam kelompok grupnya atau “ badge “ value dari barang yang bersangkutan, seperti
jaket kulit, mobil marsedes atau scarf dari Gucci. Gambar 2.1 Model
keterlibatan konsumen :
Tipe Keterlibatan :
1. Situational involvement. Terjadi
hanya dalam situasi khusus dan sementara dan umumnya bila pembelian itu
dibutuhkan.
2. Enduring involvement, terus
menerus dan lebih permanen umumnya terjadi karena ketertarikan yang berlangsung
terus dalam kategori produk, walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak.
Sumber :
http://ocktaviani.wordpress.com/2009/12/10/artikel-perilaku-konsumen/
http://community.gunadarma.ac.id/archive/mod_blog/id_25336/title_perilaku-konsumen/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar